Saya kerap kali membayangkan diri
saya tidak seberuntung kakak saya, tidak sekenal lelahnya bekerja seperti ibu saya.
Lebih lagi tidak sekeren bapak saya yang di keluarga kami maha mengetahui dan hampir
selalu mampu mengerjakan pekerjaan seluk-beluk dari hal-hal kecil hinga hal
besar di rumah.
Mur, paku, palu, drei, kawat,
dll. Itu merupakan tool andalan keluarga manapun. Usernya hampir selalu adalah
bapak, dan anaknya sebatas kenek. Yop, “kenek”. Hal lainnya, saya tidak
mengerti ilmu apa yang dimiliki beliau hingga setiap barang yang tidak ketemu
ketika dicari, eh tau2 sudah kembali ke tempatnya oleh bapak.
Hari Minggu lalu saya main ke
outlet teman saya, dia akan memeasang bracket untuk TV. Ketika dia sedang
mengeboor tembok untuk memasukkan freezer, sambil sedikit berkeringat dia menggumam, “...
dadi bapak ki susah juga ya”, sambil nyengir dan mungkin dia sambil melihat
bagaimana bapaknya bekerja mengerjakan segala ornamen dan membetulkan hal-hal
kecil di rumah dengan nafas yang hanya setengah-setengah.