Jumat lalu, kebetulan saya soljum di masjid baiturrahman. Eits, bukannya kebetulan, tapi disengajakan. Karna setelah mengikuti aktivitas baru saya di waktu itu yang disengajakan lokasi dekat dengan masjid tsb.
Khotbah seperti biasa saya mencoba memperhatikan, biasa, mubazir betul jika khotbah jumat dilewatkan, karna materi khotbah yang saya temui banyak mengangkat isu sosial masyarakat yang sedang terjadi, sounds like always up-to-date, huh? Saya mencoba memperhatikan langsung setelah sunah. "LGBT" ya beberapa bulan-bulan lalu saya mendengar kata tsb, dan beberapa teman saya ketika ngobrol saya coba obrolkan LGBT dimana pada saat itu akan diadakan diskusi tentang LGBT di salah tempat yang saya lupa, di semarang, teman saya terdengar asing dan terlebih kaget mengenai kepanjangan dan jika akan diadakan diskusi. Sekarang kata tersebut bak kata guyonan nggo konco.
Oke kembali lagi ke baiturrahman, khotib menyampaikan suatu perilaku dalam masyarakat sosial dalam hal seksual yaitu LGBT dimana merupakan pemyimpangan perilaku masyarakat. Poin yang disampaikan khotib adalah bahwa ajakan untuk tidak menjauhi, tidak mendiskriminasi orang atau pelaku LGBT karna kita juga sama manusia, bagaimana memanusiakan yang lain, bukan orangnya tapi perilakunya, jauhi perilakunya, ajak kembali orang tsb untuk menjauhinya. Mungkin seperti kata Pandji, punya temen G itu lucu loh.. Ohya? Ya barangkali saja, seperti teman yang mungkin sudah kita punya barangkali, yang orang jawa sebut wandu, lucu aja dan... geli. Hm
Poin yang cukup bagus dari khotib, lalu saya memikirkan teman perokok kita, dimana saya juga bergaul dengan manusia perokok. Saya tidak mempunyai masalah dengan perokok, ya sementara ini, bukan berarti selama saya tidak akan mengalami kehamilan, beresiko mendapat gangguan janin, dan yang lain. Perokok juga memiliki asalasan dan motivasi tertentuk untuk merokok. Dengar saja alamov (alasan dan motivasi) mereka, "Merokok itu obat, steess-rokok untuk tenang, selama merokok tidak melebihi dosis untuk saya merokok tidak masalah. Mereka yang sakit karena rokok karena dia melebihi dosis tubuh mereka untuk merokok". Nikmat! "Hal ternikmat setelah makan, rokok!", dengan sebat ditangan salah seorang teman perokok.
Pelaku LBGT pun juga memiliki alamov tersendiri, mungkin bagi G-B merokok anu juga suatu kenikmatan baginya. Tidak tau untuk yang huruf sebelahnya seperti apa. Ketidakmampuan mengontrol nafsu, mungkin orang-orang tersebut lemah dalam mengontrolnya, saya tidak tau betul atau tidak, tapi nafsu memang sumber penyakitnya dan sementara gejalanya tingkah, sikap, salah berperilaku, bergaul, dan melakukan hal lebih lanjut yang akhirnya menjadi benar-benar pusat perhatian masyarakat. Meresahkan sekali nafsu negatif itu.